摘要:Wahdatul Wujud’s philosophy is said to have implications for Jabariyah’s understanding which resulted in the negation of the syari’at. This is because Wahdatul Wujud is understood to be the same as Pantheism. So this research aims to know the implications of Ibn ’Arabi’s thought, known as Wahdatul Wujud, on af’âl al-’ ibâd discourse. This research is descriptive qualitative research using a literature study approach, the researcher will conduct a study of Ibnu ’Arabi’s works and some related literature. The conclusion of this study, when viewed from the concept of Wahdatul Wujud as believed by Ibnu Arabi and his followers, shows that Ibnu Arabi believes in the theory of kasb as believed by Imam al-Asy’ari, that humans have a will to produce actions. However, the human will does not affect the actions. Because only Allah has the power to perform actions. This is consistent with the philosophy of Wahdatul Wujud, that there is no Being except Allah, meaning that there is no action in this world except the act of Allah. Human will and effort belong to man, but only Allah can make it happen. Based on this explanation, it can be concluded that Wahdatul Wujud does not affrm the Jabariyyah concept, which can result in the negation of the Syari’ah.
其他摘要:Filsafat Wahdatul Wujud disebut berimplikasi kepada paham Jabariyah yang mengakibatkan penegasian terhadap syari’at. Hal ini disebabkan karena Wahdatul Wujud dipahami sama dengan Panteisme. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implikasi pemikiran Ibnu ‘Arabi, yang dikenal dengan Wahdatul Wujud, terhadap diskursus af’âl al-’ibâd. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi pustaka, peneliti melakukan kajian terhadap karya-karya Ibnu ‘Arabi dan beberapa literatur terkait. Kesimpulan dari penelitian ini, jika ditinjau dari konsep Wahdatul Wujud sebagaimana yang diyakini Ibnu Arabi dan pengikutnya, menunjukkan bahwa Ibnu Arabi meyakini teori kasb sebagaimana Imam al-Asy’ari, bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk menghasilkan perbuatan. Namun kehendak manusia tidak berefek pada eksisnya perbuatan. Karena hanya Allah sajalah yang berkuasa mengadakan perbuatan. Hal ini berkesesuaian dengan flsafat Wahdatul Wujud, bahwa tidak ada wujud kecuali Allah, berarti tidak ada perbuatan di alam ini kecuali perbuatan Allah. Kehendak dan usaha manusia adalah milik manusia, namun hanya Allah yang mampu merealisasikannya. Berdasarkan penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa paham Wahdatul Wujud tidak mengafrmasi konsep Jabariyyah yang dapat berakibat penegasian syari’at.