摘要:ABSTRAKPentingnya multilingulisme pada aktivitas pariwisata dipicu oleh adanya hambatan komunikasi dan budaya antara pengelola daya tarik wisata dengan wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi program-program yang telah dilakukan oleh pengelola daya tarik wisata di Kawasan Bandung Utara. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan di tahun 2020 dan dilaksanakan di kawasan pariwisata di Bandung Utara yang difokuskan pada dua daya tarik ikonik yaitu Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu dan Tebing Keraton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui observasi lapangan dan wawancara dengan pengelola dua daya tarik wisata. Data sekunder didapatkan melalui penelitian terdahulu, kebijakan pemerintah setempat, dan media digital melalui situs web dan media sosial. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif melalui tahapan analisis sebelum di lapangan, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik wisata Tebing Keraton dan TWA Tangkubanparahu memiliki komunikasi multi bahasa melalui media daring dan luring. Pesan yang disampaikan mengenai kondisi, posisi, dan peraturan bagi wisata selama di daya tarik wisata.
关键词:Daya tarik wisata; Gunung Tangkubanparahu; Multilingualisme; Tebing Keraton