期刊名称:Edulib: Journal of Library and Information Science
印刷版ISSN:2089-6549
电子版ISSN:2528-2182
出版年度:2015
卷号:1
期号:1
页码:101-118
DOI:10.17509/edulib.v1i1.1146
出版社:Universitas Pendidikan Indonesia
摘要:Era lama Pustakawan akan segera berakhir. Pustakawan berparadigma baru sudah saatnya menghidup-cerahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Selama tiga puluh tahun profesi Pustakawan berkiprah, citra melekat yang kurang pas harus bergeser ke arah yang sebenarnya, yaitu pencerahan citra di satu sisi dan pengakuan masyarakat luas di sisi lainnya. Di Negara-negara maju, perpustakaan menjadi satu-satunya cerminan “kelas” sebuah lembaga pendidikan. Di Indonesia, jargon “jantungnya pendidikan” menjadi populer secara terabaikan: jantung yang sakit dan dibiarkan tetap berdenyut seadanya. Era tahun 1980-1990 menandai suramnya Pustakawan dengan citranya yang terpinggirkan. Citra yang berbanding terbalik dengan keadaan dimana Pustakawan adalah bagian elit politik dan berkedudukan sangat strategis sebagai sosok kepercayaan para penguasa pemerintahan. Profesi yang dilabelkan sebagai A Feminine Profession di sebuah Negara adidaya karena 83% Pustakawannya adalah wanita, perlu memanfaatkan peluang untuk justru menampilkan sisi cerdas seorang berprofesi Pustakawan tanpa harus mengusung citra wanita secara universal. Momen penting ini akan berupa semakin banyaknya jumlah Pustakawan di Indonesia karena mulai tahun 2013 seluruh sekolah dari tingkat SD sampai SMA/K harus memiliki perpustakaan yang dikelola dan ditangani Pustakawan murni – seseorang berpendidikan ilmu perpustakaan dan tuntas-fokus didalam pekerjaan profesinya. Seperti Dokter, Guru, dan Dosen, para Pustakawan ini akan bersertifikasi untuk apa yang sepatutnya dilabelkan yaitu berkiprah secara kompeten dan professional seutuhnya. Saatnya sudah tiba untuk para professional yang pernah terpinggirkan ini untuk menunjukkan gregetnya atau “taringnya”. Perlu ditunjukkan bahwa Bunny Watson – Bunny Watson baru akan bermunculan dan mencerahkan.