摘要:Era globalisasi ini rentan sekali masuknya nilai-nilai, norma, bahkan ideologi baru yang secara mudah masuk ke dalam masyarakat ataupun komunitas-komunitas adat, masuknya hal tersebut melalui media massa seperti acara televisi, internet yang sekarang ini sudah ada di seluruh pelosok negeri tanpa kecuali. Tujuan artikel ini adalah mengidentifikasi upaya eksistensi dan kendala masyarakat adat Kampung tujuh di tengah globalisasi desa wisata Nglanggeran, Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode etnografi. Warga masyarakat adat Kampung tujuh telah terpengaruh oleh adanya globalisasi yang terjadi di desa wisata Nglanggeran. Namun demikian dari hasil observasi dan wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa meskipun terpengaruh oleh globalisasi, masyarakat adat kampung tujuh masih mempertahankan keaslian adat istiadat dan menjalankan nilai-nilai adat dari leluhur.---------------------------------------------------------------------The existence of indigenous peoples amid globalization This era of globalization the community or indigenous communities are very vulnerable of entering new values, norms, and even ideologies through mass media such as television shows, the internet which now exists throughout the country without exception. The purpose of this article is to identify the existence and resistance of the Kampung Tujuh indigenous people amid the globalization of Nglanggeran tourism village, Gunungkidul. This study uses a qualitative approach, with ethnographic methods. The indigenous people of Kampung Tujuh have been affected by the globalization that took place in the tourist village of Nglanggeran. However, from the results of observations and interviews, the researchers concluded that despite being affected by globalization, the indigenous peoples of the village still maintain the authenticity of customs and carry out traditional values from their ancestors.