摘要:Selama dekade terakhir, perkembangan perusahaan pembiayaan dan lembaga keuangan lainnya termasuk pasar modal telah berkembang pesat. Perkembangan pasar modal yang ditandai dengan menigkatnya emiten di bursa efek, nilai kapitalisasi pasar, nilai perdangan di pasar sekunder, serta lembaga penunjang pasar mdoal seperti perusahaan sekuritas, broker dan perusahaan penjamin emisi penjualan saham tersebut bedampak pada berkurangnya peran perbankan sebagai lembaga perantara (disintermediasi) yang pada gilirannya akan berdampak pada efektivitas kebijakan moneter. Untuk mengetahui dampak disintermediasi tersebut dilakukan pengujian terhadap terjadinya proses disintermediasi serta pengaruhnya terhadap efektivitas kebijakan moneter, dan sebagai perbandingan dikemukakan juga proses disintermediasi yang terjadi di Spanyol, Perancis, dan Korea Selatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode 1990-1997 pangsa kapitalisasi pasar dibandingkan pangsa kredit meningkat dari 1/9 menjadi 2/3, menunjukkan semakin besarnya peran pasar modal. Proses disintermediasi telah terjadi terutama pada periode 1995-1997, khususnya untuk penanaman dana berjangka panjang yang ditandai dengan mengecilnya selisih antara peandapatan di pasar perbankan dengan pasar pendapatan di pasar modal. Disintermediasi tersebut masih relatif lemah karena pertumbuhan pasar modal masih searah dengan pertumbuhan kredit, dan kedua pasar belum saling meniadakan. Proses disintermediasi tersebut belum mengganggu efektivitas kebijakan moneter karena paerubahan kredit dan kapitalisasi pasar hanya merupakan komponenn kecil dari residual M2, meskipun perumbuhan kapitalisasi pasar lebih berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan moneter dibandingkan dengan pertumbuhan kredit. Mengingat korelsi antara suku bunga deposito dengan pertumbuhan IHSG cukup dekat dan signifikan, maka untuk mencegah proses dis-intermediasi di masa mendatang perlu diupayakan suku bunga yang stabil dalam jangka panjang.