期刊名称:Pubawidya: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi
印刷版ISSN:2252-3758
电子版ISSN:2528-3618
出版年度:2015
卷号:4
期号:1
页码:25-38
DOI:10.24164/pw.v4i1.65
出版社:Balai Arkeologi Jawa Barat
摘要:Tulisan ini berada pada lingkup arkeologi kolonial Hindia Belanda pertengahan abad ke19 hingga awal abad ke-20. Perhatian utama tulisan ini adalah menggambarkan kembali
distribusi komoditas hasil-hasil bumi dari daerah luar Kota Semarang (Ambarawa,
Salatiga, Kendal) menuju daerah tujuan utama distribusi yakni Semarang. Sasarannya
adalah bangunan-bangunan kolonial bermakna ekonomi sebagai sarana distribusi
komoditas hasil bumi di Semarang dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Melalui survei,
penelusuran peta-peta lama, dan penelusuran literatur, diketahui bahwa peninggalanpeninggalan terkait dengan distribusi gula, kapuk, teh, dan kopi yang masih dapat
dilacak keberadaannya adalah stasiun-stasiun kereta api, gudang, pabrik gula, pabrik
kapuk/tekstil, dan kantor perdagangan ekspor-impor. Jaringan ekonomi antara Semarang
dengan wilayah sekitarnya adalah jaringan produksi dan distribusi. Posisi Kota Semarang
merupakan pusat aktivitas perdagangan, tempat untuk pemasaran, mengekspor komoditas perdagangan melalui Pelabuhan Semarang. Jaringan kereta api menjadi penghubung
antara Kota Semarang dengan wilayah-wilayah di sekelilingnya. Komoditas perkebunan
menjadi penggerak perekonomian di Semarang dan sekitarnya.
其他摘要:The scope of this article is within the Dutch-Indie’s colonial period during 19th up to early 20th centuries A.D. The central focus is to re-describe the distribution of natural products as commodities from outside the city of Semarang (Ambarawa, Salatiga, Kendal) to the main destination, Semarang. The targets are economically significant colonial buildings in Semarang and its surrounding areas as the means of distribution. Through surveys, as well as study of old maps and literatures, it is revealed that the remains related to the distribution of sugar, kapok, tea, and coffee that can still be retraced are railway stations, warehouses, sugar factories, kapok/textile factories, and export-import trading offices. The economic network between Semarang and its surrounding areas was and still is a production and distribution network. The position of Semarang was the centre of trade activities, from marketing to export of trade commodities through Semarang harbor. The railway system connected Semarang to the surrounding areas, while the commodities from the plantations were the boosters of economic life of Semarang and the surrounding areas. Key words&58; Semarang, outside Semarang, the Dutch Indie, plantation product commodity, railway. Abstrak Tulisan ini berada pada lingkup arkeologi kolonial Hindia Belanda pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Perhatian utama tulisan ini adalah menggambarkan kembali distribusi komoditas hasil-hasil bumi dari daerah luar kota Semarang (Ambarawa, Salatiga, Kendal) menuju daerah tujuan utama distribusi yakni Semarang. Sasarannya adalah bangunan-bangunan kolonial bermakna ekonomi sebagai sarana distribusi komoditas hasil bumi di Semarang dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Melalui survei, penelusuran peta-peta lama, dan penelusuran literatur, diketahui bahwa peninggalan-peninggalan terkait dengan distribusi gula, kapuk, teh, dan kopi yang masih dapat dilacak keberadaannya adalah stasiun-stasiun kereta api, gudang, pabrik gula, pabrik kapuk/tekstil, dan kantor perdagangan ekspor-impor. Jaringan ekonomi antara Semarang dengan wilayah sekitarnya adalah jaringan produksi dan distribusi. Posisi Kota Semarang merupakan pusat aktivitas perdagangan, tempat untuk pemasaran, mengekspor komoditi perdagangan melalui pelabuhan Semarang. Jaringan kereta api menjadi penghubung antara Kota Semarang dengan wilayah-wilayah di sekelilingnya. Komoditi perkebunan menjadi penggerak perekonomian di Semarang dan sekitarnya.
关键词:Semarang; luar Kota Semarang; Hindia Belanda; komoditas perkebunan;
kereta api
其他关键词:Semarang; outside Semarang; the Dutch Indie; plantation product commodity; railway.