摘要:This study aims to discuss the imagination of early marriages in two Indonesian literary works.The research problem is how and why early marriages are depicted in the short stories “Si Minem Beranak Bayi” by Ahmad Tohari and “Inem” by Pramoedya Ananta Toer.This study uses a qualitative method,especially library research using two short stories as primary data,while the secondary data are in the form of previous research and relevant information that can be referenced about underaged marriage.Through content analysis techniques,the two short stories are examined in light of the theory of feminismmulticulturalism within the context of Indonesian post-colonial society.The results of this study prove that first,poverty is not the main reason for early marriage to occur.The imagination of early marriages differs from one another according to its pertinent cultural and community contexts.Secondly,the imagination of early marriage is revealed throughthe main character of Ahmad Tohari’s short story,namely the young woman who survives.Thirdly,the young woman who is defeated for having been married at her young age is depicted through the short story by Pramoedya Ananta Toer.From the results of the study,it can be concluded that biased,partial interpretations of early marriage (e.g.victim of tradition or escape from poverty) mean rejecting the reality and complexity of cultural and gender diversity.
其他摘要:Penelitian ini bertujuan membahas imajinasi pernikahan di bawah umur dalam dua karya sastra Indonesia.Masalah penelitian adalah bagaimana dan mengapa pernikahan di bawah umur digambarkan dalam cerpen “Si Minem Beranak Bayi” karya Ahmad Tohari dan “Inem” yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer.Penelitian ini memakai metode kualitatif,khususnya riset kepustakaan dengan data primer kedua cerpen tersebut,sedangkan data sekunder berupa penelitian terdahulu dan informasi relevan yang dapat diacu seputar pernikahan di bawah umur.Data dianalisis dengan teknik analisis konten,kedua cerpen diteliti dengan terang teori feminisme-multikulturalisme dalam konteks masyarakat Indonesia yang pascakolonial.Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pertama,kemiskinan bukan satusatunya penyebab pernikahan di usia muda.Imajinasi pernikahan di bawah umur berbeda satu dengan yang lainnya sesuai konteks budaya dan masyarakat yang berbeda-beda pula.Kedua,imajinasi pernikahan di bawah umur ditampilkan melalui tokoh utama cerpen Ahmad Tohari,yakni perempuan muda yang menyintas.Ketiga,imajinasi perempuan muda yang terkalahkan dalam pernikahan di bawah umur juga ditampilkan melalui karya Pramoedya Ananta Toer.Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa memaknai pernikahan di bawah umur secara partisan (semata-mata korban tradisi atau upaya pengentasan kemiskinan) berarti menampik realitas dan kompleksitas keragaman budaya dan gender.