摘要:Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsi pelanggaran prinsip kesantunan pada tuturan anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran, dan (2) mendeskripsi implikatur percakapan pada tuturan anak penyandang tunagrahita di SLB Negeri Ungaran. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode simak dengan menggunakan beberapa teknik yaitu, teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Penelitian ini menunjukkan anak penyandang tunagrahita Pelanggaran prinsip kesantunan terdapat 61, 40 % pelanggaran dari keenam bidal yaitu bidal ketimbangrasaan (tact maxim) terdapat 10,52%, bidal kemurahhatian (generosity maxim) 8, 77 %, bidal keperkenaan (approbation maxim) disajikan dalam 7,01 %, bidal kerendahhatian (modesty maxim) 7, 01 %, bidal kesetujuan (agreement maxim) 14,03 %, dan bidal kesimpatian (sympathy maxim) 12, 28 %. Pelanggaran prinsip kesantunan yang paling banyak dilanggar adalah bidal kesetujuan (agreement maxim) dengan jumlah pelanggaran 14, 03 %. Implikatur percakapan disajikan 38, 59 % meliputi implikatur konvensional disajikan dalam 12, 28 %, implikatur nonkonvensional (menyindir, menghina, merayu, menyiksa, meragukan, menolak, dan kecewa) disajikan dalam 14, 03 % data, dan praanggapan 12, 28 %. Implikatur percakapan yang banyak dilanggar dalam penelitian ini adalah implikatur nonkonvensional dengan jumlah pelanggaran 14, 03 %. Pelangaran-pelanggaran tersebut muncul karena adanya faktor kesengajaan dan ketidaksengajaan penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi menggunakan bahasa sehari-hari.