摘要:Pesatnya pertumbuhan pariwisata menimbulkan kecenderungan untuk menjaga kontak antara penduduk lokal dan wisatawan. Keharmonisan hubungan kedua pihak ini tentunya menjadi pilar utama dalam perkembangan pariwisata berkelanjutan. Oleh karena itu, membangun pemahaman dua-arah dapat dibina salah satunya melalui penerapan kearifan lokal. Maka, penelitian ini mendiskusikan tentang bagaimana revitalisasi Tri Kaya Parisudha dapat berujung kepada perkembangan pariwisata berkelanjutan di Munduk. Konsep Tri Kaya Parisudha yang meliputi ‘pikiran’ (Manacika), ‘perkataan’ (Wacika) dan ‘perbuatan’ (Kayika), dipercaya dapat menghasilkan energi intelektual, emosional, spiritual dan energi kreatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif secara deskriptif. Kuesioner disebarkan melalui accidental sampling dengan pendekatan 4 skala likert, yang kemudian dianalisis secara kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan melalui purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tri Kaya Parisudha sudah dipahami dan diimplementasikan oleh penduduk Munduk, seiring dengan keterbukaan mereka untuk menyambut turis karena dianggap memberikan dampak positif terhadap pendapatan. Sebagian besar turis, yakni 74% menyatakan sangat puas akan kunjungan mereka. Implementasi TKP kemudian harus lebih ditingkatkan lagi melalui pengetahuan, bahasa dan sikap, yang kemudian bermuara pada peningkatan loyalitas dan pembentukan citra baik bagi suatu destinasi, sehingga pada akhirnya Munduk dapat terus berpegangan pada pariwisata berkelanjutan.