出版社:Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
摘要:Penggunaan bahan bakar gas pada bidang perkapalan merupakan suatu keuntungan karena dapat menghemat biaya operasi dan mengurangi emisi gas buang. Pemanfaatan gas juga sesuai dengan tujuan pemerintah yang terdapat pada PP No.55/2009 tentang alokasi produksi gas dalam negeri untuk penggunaan lokal sebesar 25%. Proses pengisian bahan bakar (bunkering) LNG pada umumnya dapat dilakukan dengan tiga skema yaitu ship to ship, truck to ship dan onshore to ship. Untuk itu perlu dilakukan kajian untuk menentukan lokasi dan skema bunkering LNG yang akan digunakan pada studi kasus kali ini, yaitu untuk armada kapal PT. Pelni. Penentuan lokasi bunkering dilakukan dengan memperhatikan frekuensi kedatangan dan kebutuhan bunkering LNG pada setiap pelabuhan. Konversi kebutuhan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas memakai asumsi bahwa motor diesel dimodifikasi menjadi duel fuel engine menggunakan konverter yang dapat dioperasikan dengan rasio bahan bakar HSD dengan LNG sebesar 50:50. Dari hasil didapatkan pada skenario I adalah Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Ambon dan Sorong. Skenario II dengan penambahan Bau-bau dan Skenario III dengan penambahan Jayapura. Untuk skema bunkering yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan kriteria yang dipakai diantaranya teknis, keselamatan dan biaya. Dari hasil pembobotan yang terpilih adalah skema truck to ship. Studi ditutup dengan kajian ekonomi dari sisi penyedia LNG dan dari sisi pemilik kapal. Beberapa parameter yang dipakai adalah Net Present Value, Internal Rate Return, dan Payback Period.