摘要:PO cattle have weaknesses to show clear estrus signs which cause difficulty in artificial insemination implementation. The present study was designed to obtain ovarian dynamic as effect of GnRH injection in ovsynch protocol based on progesterone intravaginal device. Heifers (18) and cows (n= 12) were allocated to one of three groups. Cuemate-PGF2α (CP) group inserted with a Cuemate on day 0-7 and injected with prostaglandin on day 7. Cuemate-PGF2α-GnRH (CPG) group was treated as CP group with the addition of GnRH injection on day 9. GnRH-Cuemate-PGF2α-GnRH (GCPG) group was treated as CPG group with addition of GnRH injection on day 0. Ultrasonography was performed on days 0-3, day 7 until ovulation and 7 days after ovulation. Percentage of ovulation synchronization increased significantly (P<0.01) between CP, CPG, and GCPG, respectively, both in heifers (16%, 50%, and 85%, respectively) and cows (0%, 60%, and 100%, respectively), on day 11. Preovulatory follicle diameters between CP, CPG, and GCPG treatments were not different significantly both in heifers (11.9±0.5, 11.9±0.5, and 12.1±0.6 mm, respectively) and cows (11.7±0.4, 11.8±0.7, and 11.1±0.6 mm, respectively). This study concluded that GCPG protocol increased the synchrony of ovulation rate both in cows and heifers, without affecting the follicle preovulatory and CL diameters.
其他摘要:Sapi PO memiliki kelemahan dalam menunjukkan tanda tanda berahi yang jelas sehingga menyulitkan untuk pelaksanaan inseminasi buatan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dinamika ovarium pada sapi PO sebagai respons terhadap penyuntikan gonadorelin (GnRH) dalam protokol ovsynch berbasis preparat progesteron intravaginal. Sapi dara (n= 18) dan induk (n= 12) dibagi secara acak menjadi tiga kelompok. Kelompok satu, Cuemate-PGF2α (CP), diberi perlakuan dengan memasukkan cuemate ke dalam vagina pada hari ke-0-7 dan disuntik prostaglandin pada hari ke-7. Kelompok dua, Cuemate-PGF2α-GnRH (CPG), sama dengan kelompok satu, tapi dengan penambahan penyuntikan GnRH pada hari ke-9. Kelompok tiga, GnRH-Cuemate-PGF2αGnRH (GCPG), sama dengan kelompok dua, tapi dengan penambahan penyuntikan GnRH pada hari ke-0. USG dilakukan pada hari ke-0-3, 7 sampai ovulasi dan 7 hari setelah ovulasi. Persentase sinkronisasi ovulasi meningkat sangat nyata (P<0.01) berturut-turut pada CP, CPG, dan GCPG pada dara (16%, 50%, dan 85%) maupun induk (0%, 60%, dan 100%), pada hari ke-11. Diameter folikel praovulatori tidak berbeda nyata antara perlakuan CP, CPG, dan GCPG pada dara (11.9±0.5, 11.9±0.5, dan 12.1±0.6 mm) maupun pada induk (11.7±0.4, 11.8±0.7, dan 11.1±0.6 mm). Penelitian ini menyimpulkan bahwa protokol GCPG meningkatkan persentase sinkronisasi ovulasi baik pada dara maupun induk tanpa mempengaruhi diameter folikel praovulatori maupun korpus luteum.