摘要:The research was conducted to compare the ability of faeces dissolved in distilled water (P1), saline solution (P2), artificial saliva (P3), and rumen fluid (RF) as sources of inoculant in in vitro organic matter digestibilities (IVOMD) of rice straw, corn stover, napier grass, and pangola grass. The rumen fluid was collected from two rumen fistulated Ongole Crossbred Cows of 306 and 333 kg body weight (BW). The cows were fed 3% of BW consisted of 70% napier grass and 30% concentrate. At the end of 30 days feeding, faecal solution was made out of 350 g fresh faeces dissolved in 1 l of each solvent, homogenized using blender for 30 second, while rumen liquor were collected directly from fistula. After straining with four layers of cheesecloth both faecal solution and rumen liquid were mixed with artificial saliva (1:4 v/v). Fifty ml of each inoculants was pipetted into each incubator tube (100 ml) containing 500 mg sample. The tubes were then incubated at 39 oC for 48 h. Value of IVOMD of napier grass, rice straw, corn stover, and pangola grass did not differ among the faecal solvents, but significantly lower (Pin vitro organic matter to predict digestibility of fibrous feed determination. However, the faecal solvent as inoculant produced lower in vitro digestibility than that of rumen fluid.
其他摘要:Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan penggunaan feses yang dilarutkan dalam akuades (P1), NaCl-fi sologis (P2), saliva buatan (P3), dan cairan rumen (rumen fl uid/RF) sebagai sumber inokulan pada penetapan kecernaan in vitro bahan organik (KcIVBO) jerami padi, jerami jagung, rumput gajah, dan rumput pangola. Cairan rumen diambil dari dua ekor sapi peranakan ongole berfi stula rumen dengan bobot badan 306 dan 333 kg. Sapi diberi pakan 3% dari berat badan terdiri atas 70% rumput gajah dan 30% konsentrat komersial selama 30 hari. Koleksi RF dan feses (grab sampling) dari ternak yang sama dilakukan berurutan pada minggu terakhir. Feses segar 350 g dilarutkan dalam 1 l pelarut, dihomogenkan menggunakan blender selama 30 detik, RF diambil langsung melalui fi stula. Setelah disaring menggunakan kain kasa 4 lapis, dicampur dengan saliva buatan, rasio 1 : 4 (v/v). Setiap inokulan diambil 50 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi (100 ml) yang telah berisi 500 mg sampel pakan, kemudian diinkubasi pada suhu 39 oC selama 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KcIVBO rumput gajah, jerami padi, jerami jagung, maupun rumput pangola, tidak berbeda nyata antar pelarut, tetapi secara nyata (P<0,05) lebih rendah daripada RF. Hasil penetapan KcIVBO menggunakan larutan feses mempunyai tingkat keeratan tinggi dengan cairan rumen yang ditunjukkan oleh koefi sien regresi yang tinggi. Disimpulkan larutan feses menggunakan pelarut akuades (P1) dapat digunakan sebagai inokulan pengganti cairan rumen pada pendugaan penetapan KcIVBO pakan berserat. Namun demikian penggunaan larutan feses sebagai inokulan menghasilkan kecernaan in vitro yang lebih rendah daripada cairan rumen.