摘要:Seperti halnya bahasa lain, bahasa Kambera memiliki fungsi sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan, sebagai alat untukmemahami pikiran dan perasaan, dan sebagai alat berpikir dan berasa. Kesantunan berbahasa adalah salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya. Kajian terhadap kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera bertujuan untuk menemukan, mendeskripsikan, dan menganalisis satuan verbal yang digunakan sebagai kesantunan, menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kesantunan, makna kesantunan, unsure suprasegmental yang mempengaruhi kesantunan, dan unsur paalainguistik yang menyertai kesantunan.Penelitian kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera bertumpu pada teori Linguistik Kebudayaan dan teori Sosiopragmatik. Metode yang digunakan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, dan metode dan teknik penyajian hasil analisis. Data dikumpulkan dengan metode observasi terlibat aktif dan wawancara, dengan teknik pancingan, pencatatan, dan perekaman. Data yang terkumpul diklasifikasi berdasarkan jenis, bentuk, dan variabel penent. Analisis tidak menggunakan data secara kuantitatif, sehingga tidak ada analisis secara statistik. Hasil analisis disajikan dengan metode informal, dan dibatu dengan teknik penyajian secara deduktif dan induktif.Hasil analisis memperlihatkan bahwa kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera menggambarkan ideologi yang dijadikan dasar kesantunan berbahasa. Satuan verbal yang digunakan untuk kesantunan berbentuk kata, gabungan kata, kalimat, dan peribahasa. Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh faktor status, jenis kelamin, usia, dan hubungan kekerabatan. Makna kesantunan merefleksikan latar budaya yang dianut penutur dengan berorientasi pada sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, hubungan kekerabatan, stratifikasi sosial, dan sistem pernikahan.Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini penutur bahasa Kambera masih memegang teguh prinsip hidupnya. Prinsip hidup itu tertuang dalam ideologi yang mereka sebut Hopu li li witi- Hopu li la kunda’ akhir dari segala pembicaraan –akhir dari segala pintalan’. Satuan verbal yang digunakan kesantunan berbentuk kata, gabungan kata, kalimat, dan peribahasa. Faktor seperti usia, jenis kelamin, status, dan hubungan kekerabatan sangat berpengaruh dalam kesantunan. Makna kesantunan menggambarkan latar budaya yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan, dan sistem pernikahan.Unsur suprasegmetal dan paralinguistik berpengaruh terhadap kesantunan verbal. Ada satu aspek kebahasaan yang perlu dikaji lebih dalam, yaitu luluku. Ini merupakan lahan baru yang cukup menantang untuk dikaji.